Sabtu, 21 Februari 2009

Imam Syahid Hasan Al-Banna, Pionir Kebangkitan Peradaban Islam


Risalah dari Muhammad Mahdi Akif, Mursyid Am Al-Ikhwan Al-Muslimun, 14-02-08

Penterjemah: Abu Ahmad


Allah SWT berfirman : “Katakanlah: “Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha suci Allah, dan aku tiada Termasuk orang-orang yang musyrik”. (Yusuf : 108)

Saya tidak berlebihan atau merasa paling benar jika saya mengatakan : “Sesungguhnya Allah SWT telah memilih di penghujung abad 20 seorang laki-laki yang cerdas, seorang da’i yang shalih; Imam Hasan Al-Banna yang telah berbasil melakukan pembaharuan Islam, dan membawa panji-panji Islam sebelum ruuntuh di tangan musuh, beliaupun membekali diri pada iman dan mentarbiyah orang-orang yang berada dalam naungannya, menyebarkan risalah pada sekalian alam, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Nabi saw: “Sesungguhnya Allah akan mengutus pada umat ini disetiap penghujung 100 tahun orang yang memperbaharui agamanya”. (HR. Abu Daud).

Imam Syahid Al-Banna mampu membentuk dirinya dan ikhwannya melalui halaqoh bagi warga Mesir, Arab dan Islam kontemporer, seakan seperti ruh baru yang berjalan di dalam tubuh umat, hidup dengan Al-Quran secara segar, sekalipun para musuh berkumpul dan berusaha melemahkan perannya melalui penjajahan. Dan dengan cahaya iman ini eksistensi umat kembali menjadi baru, berjuang dengan gigih di jalan Allah untuk mengembalikan kebebasan dan kehormatannya, membawa panji tauhid, dalam lingkup konsep syar’iyyah Islamiyah yang elastis, konstruktif, mendalam, kokoh dan visioner.

Pemahaman Islam yang universal

Imam Al-Banna dianggap –secara jujur- sebagai pionir proyek kebangkitan peradaban Islam, beliau melakukan formulasi untuk membangkitkan “Harakah Nahdhloh Islamiyah Al-mu’ashirah” (Gerakan kebangkitan Islam kontemporer) yang disebut dengan “Jamaah Al-ikhwan Al-muslimun”; karena Islam pada saat itu hanyalah sekedar agama abangan, kemalasan, pengangguran atau kesufian, sebagaimana halnya telah menimpa dunia Islam pada masa kemunduruan.

Pada saat itu al-ikhwan tidak hanya sekedar sebagai lembaga pendidikan agama saja namun memiliki ciri dan corak yang berbeda, berusaha dengan sengaja mempertemukan dari kalangan salafus shalih baik dari al-kitab maupun as-sunnah. Dalam hadits disebukan :

“عليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين من بعدي”.

“Hendaklah kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah khulafa Rasyidin al-mahdiyyin setelahku”.

Imam Al-Banna ketika mendapatkan gelar LC di kuliah Darul ulum berkata : “Sesungguhnya cita-cita terbesar setelah menamatkan kuliah adalah dua perkara; pertama : cita-cita khusus; yaitu membahagiakan keluarga dan kerabat, dan yang kedua adalah menjadi mursyid dan muallim; jika saya selesai mengajar anak-anak sepanjang siang, maka malam harinya saya gunakan untuk mengajar orang tua tentang tujuan agama mereka dan sumber-sumber kebahagiaan mereka..kadang dengan ceramah dan dialog, kadang dengan menulis dan mengarang buku dan kadang pula dengan melakukan jaulah dan politik”.

Imam Al-Banna telah menjadikan Islam sebagai system yang universal (sempurna) meliputi seluruh sisi kehidupan, dan memberikan pernyataan di dalamnya: bahwa Islam adalah agama dan negera, mushaf dan pedang, ibadah dan qiyadah, syariat dan undang-undang; karena itu beliau memproklamirkan bahwa jamaahnya adalah salah satu dakwah pembaharuan bagi kehidupan umat dan bangsa, yaitu sebagai dakwah salafiyah, thariqah sunniyyah (cara yang mengikuti sunnah), hakikat sufiyah, hai’ah siyasiah (gerakan politik), jamaah riyadiyyah (club olah raga), rabithah ilmiyyah tsaqofiyah ( ikatan keilmuan dan tsaqofah), syirkah Iqtishadiyah (kerjasama ekonomi) dan fikrah ijtimaiyah (ideology kemasyarakatan).

Posisi qadhiyah Palestina

Al-ikhwan memiliki perhatian yang besar terhadap qodhiyah yang dialami dunia arab dan Islam, khususnya qadhiyah Palestina yang hingga saat ini dijajah oleh Zionis, yang telah menodai kesucian buminya dan melakukan pelanggaran hak bangsa dengan cara cleansing etnis dan pembantaian.
Al-ikhwan telah menyadari sejak awal bahwa bercengkramnya zionis di bumi Palestina adalah merupakan strategi yang akan mereka lakukan untuk menguasai semenanjung arab dan Persia. Karena para ikhwan melakukan persiapan melalui tarbiyah imaniyah dan jihadiyah, dan imam Al-Banna melipat gandakan juhudnya di berbagai sisi dan medan sehingga menjadikan qadhiyah Palestina merupakan qadhiyah utama menurut al-ikhwan al-muslimun, begitupun menurut bangsa arab dan umat Islam.

Imam Al-Banna juga dianggap merupakan salah satu syuhada dalam menyelesaikan qadhiyah Palestina; karena beliau merupakan daiyah yang memiliki jangkauan luas –termasuk para ikhwan lainnya- baik dikota maupun di desa, dan terhadap apa yang dilakukan dalam memobilisasi syabab (para pemuda) al-ikhwan untuk menghadapi zionis dalam perang Palestina tahun 1948, sebagaimana beliau juga selalu melakukan kunjungan terhadap para mujahidin Palestina; semua itu menjadikan zionis kehilangan akal mereka, dan merasakan ancaman yang sangat berbahaya.

Sesungguhnya juhud (usaha) yang dilakukan para ikhwan hingga saat ini -pada seluruh tingkatannya- dalam memberikan peringatan terhadap kaum muslimin akan bahaya laten proyek zionis; bahwa mereka bertujuan menghancurkan umat, menjajah negerinya, merampas sumber daya alamnya dan menghancurkan karakternya secara tsaqofah… karena itu semua menjadi penyebab kewajiban untuk mengingatkan umat, khususnya bagi yang memiliki kesadaran namun lalai terhadap kondisi kritis yang saat ini terjadi; sehingga permasalahannya tidak boleh dibiarkan begitu saja dan hanya bersikap pasif, diam dan melakukan apa-apa, khususnya para pemimpin umat Islam dan para pejabatnya.

Menghadapi pembantaian
Al-ikhwan juga memberikan perhatian terhadap kebebasan secara kolektif dan individu, guna menghadapi penindasan dan kerusakan dalam berbagai dimensi dan tingkatannya, pada setiap arah dan sisinya dengan berpedoman pada manhaj as-silmi (perdamaian) dalam melakukan perbaikan dan perubahan, melalui saluran undang-undang dan hak bangsa sehingga dapat hidup secara bebas dan mulia; bersama-sama dalam membentuk “live making” dan menetapkan tempat kembali, berdasarkan undang-undang bahwa umat sumber kekuasaan.

Imam syahid telah mampu menyalakan perasaan kasih sayang insaniyah secara mutlak, berdasarkan ayat Allah : “Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa: “Ya Tuhan Kami, keluarkanlah Kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah Kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah Kami penolong dari sisi Engkau!”. (An-Nisa : 75) ikut merasakan penderitaan yang dialami oleh mereka yang terjajah; baik yang berupa ujian atau fitnah dalam mempertahankan akidan dan agama mereka. Dan berdasarkan perhatian Allah swt terhadap kaum tertindas yang telah kehilangan kebebasan mereka dan selalu mendapatkan siksaan, Allah memerintahkan umat Islam untuk berjihad guna membantu mereka ; meraih kebebasan terutama kemerdekaan negeri yang telah dikuasai dan dijajah oleh para pelaku kedzaliman. Dan al-ikhwan al-muslimun menjadi pusat berkumpulnya warga yang diusir dari negeri mereka dan terdzalimi, sehingga mereka mendapatkan ketenangan dan keamanan.

Wawasan imam Al-Banna terhadap permasalahan ekonomi

Imam Al-Banna menyampaikan beberapa dasar-dasar system perekonomian, diantaranya : bahwa harta yang dimiliki oleh orang yang salih adalah sendi kehidupan, Islam mewajibkan untuk semangat dalam mencarinya, baik melalui pengelolaan yang baik dan menginvestasikannya, dan mewajibkan untuk bekerja dan mencari nafkah bagi siapa yang memiliki kemampuan; karena Islam menyuruh untuk melakukan itu. Sebagaimana juga yang telah disampaikan olehnya akan urgensi mengekplorasi kekayaan alam dan memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya. Beliau juga menyampaikan tentang diharamkannya mencari nafkah dengan cara yang tidak halal (keji), beliau berkata: “Diantra ajaran Islam adalah diharamkannya sumber-sumber kekayaan yang berasal dari yang haram seperti riba, judi, mengundi nasib, mencuri dan menipu”. Beliau menyampaikan tentang urgensi pendekatan antar tingkatan derajat hingga pada penghargaan terhadap kepemilikan khusus. System muamalah maliyah (ekonomi), menghormati perjanjian dan komitmen-komitmen, dan juga berbicara tentang jaminan sosial masyarakat, beliau berkata : “Bahwa Islam telah menetapkan jaminan sosial bagi setiap warga, jaminan kerja dan masa istirahat bagaimanapun kondisinya selama telah menunaikan kewajibannya atau tidak mampu menunaikannya karena tidak memiliki kemampuan untuk itu, dan pejabat Negara berkewajiban dalam memelihara system perekonomian dan menjamin pelaksanaannya secara umum yang menjadi bagian haknya, mengelolanya sesuai dengan haknya dan merevisi dalam konsierasinya, menghindarkannya dari tindakan penguasaan secara dzalim dan tidak syar’I, haramnya suap menyuap, dan haramnya memberikan hadiah kepada para pemimpin, pejabat dan penguasa”.

Tarbiyah merupakan dasar pembinaan dan pembentukan.

Imam Al-Banna juga memiliki perhatian yang besar terhadap tarbiyah sehingga beliau membuat berbagai sarana dan metode yang berkaitan dengan penyiapan individu muslim agar terbentuk yang berada pada jalan yang benar, karena setiap jiwa hidup diatas bumi namun hatinya tetap memiliki hubungan yang erat dengan langit; karena dengan tarbiyah menjadikan kaum muslimin memiliki sifat amanah dan kapabilitas; sesuai dengan firman Allah : “Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As-sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata”. (Al-Jumu’ah : 2)

Nabi Muhammad saw telah menghidupkan Dar el Arqom, sebagai cikal bakal dalam melakukan pembentukan dan pembinaan sehingga ketika keluar darinya menjadi pribadi yang memiliki keyakinan dan ketsabatan.

Dan tarbiyah menurut al-ikhwan adalah jalan satu-satunya –kemarin, hari ini dan hari esok- untuk membangun generasi yang penuh tanggungjawab dan bertaqwa, dan sebagai jalan satu-satunya untuk menghadirkan sosok muslim mujahid, seorang hakim yang memberikan keputusan secara adil, yang berkata dengan penuh kejujuran. Dan imam Al-Banna sadar bahwa hal tersebut merupakan jalan panjang yang berat dan penuh dengan rintangan dan hambatan, yang tidak akan mampu diemban oleh banyak orang kecuali sedikit, dan tarbiyah merupakan jalan satu-satunya guna mencapai tujuan dan tidak ada alternative lainnya; karena hal tersebut merupakan jalan yang pernah ditempuh oleh seorang makhluk yang mulia –nabi Muhammad saw- maka beliau melakukan pembentukan, mentarbiyah orang yang nantinya menjadi pemimpin negeri dan pembimbing umat.

Dan tentunya melalui tarbiyah umat mampu menghadapi berbagai macam rintangan dan tantangan; karena pohon yang tinggi dan memiliki buah yang berlimpah, menjulang tinggi hingga menembus angkasa, tidak mampu tegak kecuali setelah memiliki akar yang kokoh dan kuat menghunjam di bawah tanah yang dalam dipermukaan bumi, jika tidak, maka tidak akan mampu menahan kerasnya tiupan angin dan topan yang begitu dahsyat. Jika tidak ada tarbiyah maka al-ikhwan tidak akan mampu menghadapi pasukan zionis di Palestina dan Inggris di terusan Suez, dan tidak akan menghadapi banyak ujian, penjara, siksaan dan penderitaan yang meliputi mereka.

Imam Al-Banna telah memberikan ilham tentang sendi-sendi Islam yang agung dan mulia dimulai dari teori-teori dalam kitab-kitab hingga pada realita yang kasat mata dan konkrit; yang mana prinsip-prinsip tersebut –pada awalnya- hanya tertulis di dalam kitab beberapa saat lamanya, kemudian datanglah imam Al-Banna yang menyampaikan tentang kebangkitan Islam yang membawa berkah di tubuh jamaah al-ikhwan al-muslimun, dan kemudian mengalir ke tubuh umat dan bangsa, hingga berpindah keberbagai daerah di seluruh pelosok dunia.

Dan segala puji hanya milik Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar