Sabtu, 21 Februari 2009

Imam Syahid Hasan Al-Banna, Pionir Kebangkitan Peradaban Islam


Risalah dari Muhammad Mahdi Akif, Mursyid Am Al-Ikhwan Al-Muslimun, 14-02-08

Penterjemah: Abu Ahmad


Allah SWT berfirman : “Katakanlah: “Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha suci Allah, dan aku tiada Termasuk orang-orang yang musyrik”. (Yusuf : 108)

Saya tidak berlebihan atau merasa paling benar jika saya mengatakan : “Sesungguhnya Allah SWT telah memilih di penghujung abad 20 seorang laki-laki yang cerdas, seorang da’i yang shalih; Imam Hasan Al-Banna yang telah berbasil melakukan pembaharuan Islam, dan membawa panji-panji Islam sebelum ruuntuh di tangan musuh, beliaupun membekali diri pada iman dan mentarbiyah orang-orang yang berada dalam naungannya, menyebarkan risalah pada sekalian alam, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Nabi saw: “Sesungguhnya Allah akan mengutus pada umat ini disetiap penghujung 100 tahun orang yang memperbaharui agamanya”. (HR. Abu Daud).

Imam Syahid Al-Banna mampu membentuk dirinya dan ikhwannya melalui halaqoh bagi warga Mesir, Arab dan Islam kontemporer, seakan seperti ruh baru yang berjalan di dalam tubuh umat, hidup dengan Al-Quran secara segar, sekalipun para musuh berkumpul dan berusaha melemahkan perannya melalui penjajahan. Dan dengan cahaya iman ini eksistensi umat kembali menjadi baru, berjuang dengan gigih di jalan Allah untuk mengembalikan kebebasan dan kehormatannya, membawa panji tauhid, dalam lingkup konsep syar’iyyah Islamiyah yang elastis, konstruktif, mendalam, kokoh dan visioner.

Pemahaman Islam yang universal

Imam Al-Banna dianggap –secara jujur- sebagai pionir proyek kebangkitan peradaban Islam, beliau melakukan formulasi untuk membangkitkan “Harakah Nahdhloh Islamiyah Al-mu’ashirah” (Gerakan kebangkitan Islam kontemporer) yang disebut dengan “Jamaah Al-ikhwan Al-muslimun”; karena Islam pada saat itu hanyalah sekedar agama abangan, kemalasan, pengangguran atau kesufian, sebagaimana halnya telah menimpa dunia Islam pada masa kemunduruan.

Pada saat itu al-ikhwan tidak hanya sekedar sebagai lembaga pendidikan agama saja namun memiliki ciri dan corak yang berbeda, berusaha dengan sengaja mempertemukan dari kalangan salafus shalih baik dari al-kitab maupun as-sunnah. Dalam hadits disebukan :

“عليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين من بعدي”.

“Hendaklah kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah khulafa Rasyidin al-mahdiyyin setelahku”.

Imam Al-Banna ketika mendapatkan gelar LC di kuliah Darul ulum berkata : “Sesungguhnya cita-cita terbesar setelah menamatkan kuliah adalah dua perkara; pertama : cita-cita khusus; yaitu membahagiakan keluarga dan kerabat, dan yang kedua adalah menjadi mursyid dan muallim; jika saya selesai mengajar anak-anak sepanjang siang, maka malam harinya saya gunakan untuk mengajar orang tua tentang tujuan agama mereka dan sumber-sumber kebahagiaan mereka..kadang dengan ceramah dan dialog, kadang dengan menulis dan mengarang buku dan kadang pula dengan melakukan jaulah dan politik”.

Imam Al-Banna telah menjadikan Islam sebagai system yang universal (sempurna) meliputi seluruh sisi kehidupan, dan memberikan pernyataan di dalamnya: bahwa Islam adalah agama dan negera, mushaf dan pedang, ibadah dan qiyadah, syariat dan undang-undang; karena itu beliau memproklamirkan bahwa jamaahnya adalah salah satu dakwah pembaharuan bagi kehidupan umat dan bangsa, yaitu sebagai dakwah salafiyah, thariqah sunniyyah (cara yang mengikuti sunnah), hakikat sufiyah, hai’ah siyasiah (gerakan politik), jamaah riyadiyyah (club olah raga), rabithah ilmiyyah tsaqofiyah ( ikatan keilmuan dan tsaqofah), syirkah Iqtishadiyah (kerjasama ekonomi) dan fikrah ijtimaiyah (ideology kemasyarakatan).

Posisi qadhiyah Palestina

Al-ikhwan memiliki perhatian yang besar terhadap qodhiyah yang dialami dunia arab dan Islam, khususnya qadhiyah Palestina yang hingga saat ini dijajah oleh Zionis, yang telah menodai kesucian buminya dan melakukan pelanggaran hak bangsa dengan cara cleansing etnis dan pembantaian.
Al-ikhwan telah menyadari sejak awal bahwa bercengkramnya zionis di bumi Palestina adalah merupakan strategi yang akan mereka lakukan untuk menguasai semenanjung arab dan Persia. Karena para ikhwan melakukan persiapan melalui tarbiyah imaniyah dan jihadiyah, dan imam Al-Banna melipat gandakan juhudnya di berbagai sisi dan medan sehingga menjadikan qadhiyah Palestina merupakan qadhiyah utama menurut al-ikhwan al-muslimun, begitupun menurut bangsa arab dan umat Islam.

Imam Al-Banna juga dianggap merupakan salah satu syuhada dalam menyelesaikan qadhiyah Palestina; karena beliau merupakan daiyah yang memiliki jangkauan luas –termasuk para ikhwan lainnya- baik dikota maupun di desa, dan terhadap apa yang dilakukan dalam memobilisasi syabab (para pemuda) al-ikhwan untuk menghadapi zionis dalam perang Palestina tahun 1948, sebagaimana beliau juga selalu melakukan kunjungan terhadap para mujahidin Palestina; semua itu menjadikan zionis kehilangan akal mereka, dan merasakan ancaman yang sangat berbahaya.

Sesungguhnya juhud (usaha) yang dilakukan para ikhwan hingga saat ini -pada seluruh tingkatannya- dalam memberikan peringatan terhadap kaum muslimin akan bahaya laten proyek zionis; bahwa mereka bertujuan menghancurkan umat, menjajah negerinya, merampas sumber daya alamnya dan menghancurkan karakternya secara tsaqofah… karena itu semua menjadi penyebab kewajiban untuk mengingatkan umat, khususnya bagi yang memiliki kesadaran namun lalai terhadap kondisi kritis yang saat ini terjadi; sehingga permasalahannya tidak boleh dibiarkan begitu saja dan hanya bersikap pasif, diam dan melakukan apa-apa, khususnya para pemimpin umat Islam dan para pejabatnya.

Menghadapi pembantaian
Al-ikhwan juga memberikan perhatian terhadap kebebasan secara kolektif dan individu, guna menghadapi penindasan dan kerusakan dalam berbagai dimensi dan tingkatannya, pada setiap arah dan sisinya dengan berpedoman pada manhaj as-silmi (perdamaian) dalam melakukan perbaikan dan perubahan, melalui saluran undang-undang dan hak bangsa sehingga dapat hidup secara bebas dan mulia; bersama-sama dalam membentuk “live making” dan menetapkan tempat kembali, berdasarkan undang-undang bahwa umat sumber kekuasaan.

Imam syahid telah mampu menyalakan perasaan kasih sayang insaniyah secara mutlak, berdasarkan ayat Allah : “Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa: “Ya Tuhan Kami, keluarkanlah Kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah Kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah Kami penolong dari sisi Engkau!”. (An-Nisa : 75) ikut merasakan penderitaan yang dialami oleh mereka yang terjajah; baik yang berupa ujian atau fitnah dalam mempertahankan akidan dan agama mereka. Dan berdasarkan perhatian Allah swt terhadap kaum tertindas yang telah kehilangan kebebasan mereka dan selalu mendapatkan siksaan, Allah memerintahkan umat Islam untuk berjihad guna membantu mereka ; meraih kebebasan terutama kemerdekaan negeri yang telah dikuasai dan dijajah oleh para pelaku kedzaliman. Dan al-ikhwan al-muslimun menjadi pusat berkumpulnya warga yang diusir dari negeri mereka dan terdzalimi, sehingga mereka mendapatkan ketenangan dan keamanan.

Wawasan imam Al-Banna terhadap permasalahan ekonomi

Imam Al-Banna menyampaikan beberapa dasar-dasar system perekonomian, diantaranya : bahwa harta yang dimiliki oleh orang yang salih adalah sendi kehidupan, Islam mewajibkan untuk semangat dalam mencarinya, baik melalui pengelolaan yang baik dan menginvestasikannya, dan mewajibkan untuk bekerja dan mencari nafkah bagi siapa yang memiliki kemampuan; karena Islam menyuruh untuk melakukan itu. Sebagaimana juga yang telah disampaikan olehnya akan urgensi mengekplorasi kekayaan alam dan memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya. Beliau juga menyampaikan tentang diharamkannya mencari nafkah dengan cara yang tidak halal (keji), beliau berkata: “Diantra ajaran Islam adalah diharamkannya sumber-sumber kekayaan yang berasal dari yang haram seperti riba, judi, mengundi nasib, mencuri dan menipu”. Beliau menyampaikan tentang urgensi pendekatan antar tingkatan derajat hingga pada penghargaan terhadap kepemilikan khusus. System muamalah maliyah (ekonomi), menghormati perjanjian dan komitmen-komitmen, dan juga berbicara tentang jaminan sosial masyarakat, beliau berkata : “Bahwa Islam telah menetapkan jaminan sosial bagi setiap warga, jaminan kerja dan masa istirahat bagaimanapun kondisinya selama telah menunaikan kewajibannya atau tidak mampu menunaikannya karena tidak memiliki kemampuan untuk itu, dan pejabat Negara berkewajiban dalam memelihara system perekonomian dan menjamin pelaksanaannya secara umum yang menjadi bagian haknya, mengelolanya sesuai dengan haknya dan merevisi dalam konsierasinya, menghindarkannya dari tindakan penguasaan secara dzalim dan tidak syar’I, haramnya suap menyuap, dan haramnya memberikan hadiah kepada para pemimpin, pejabat dan penguasa”.

Tarbiyah merupakan dasar pembinaan dan pembentukan.

Imam Al-Banna juga memiliki perhatian yang besar terhadap tarbiyah sehingga beliau membuat berbagai sarana dan metode yang berkaitan dengan penyiapan individu muslim agar terbentuk yang berada pada jalan yang benar, karena setiap jiwa hidup diatas bumi namun hatinya tetap memiliki hubungan yang erat dengan langit; karena dengan tarbiyah menjadikan kaum muslimin memiliki sifat amanah dan kapabilitas; sesuai dengan firman Allah : “Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As-sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata”. (Al-Jumu’ah : 2)

Nabi Muhammad saw telah menghidupkan Dar el Arqom, sebagai cikal bakal dalam melakukan pembentukan dan pembinaan sehingga ketika keluar darinya menjadi pribadi yang memiliki keyakinan dan ketsabatan.

Dan tarbiyah menurut al-ikhwan adalah jalan satu-satunya –kemarin, hari ini dan hari esok- untuk membangun generasi yang penuh tanggungjawab dan bertaqwa, dan sebagai jalan satu-satunya untuk menghadirkan sosok muslim mujahid, seorang hakim yang memberikan keputusan secara adil, yang berkata dengan penuh kejujuran. Dan imam Al-Banna sadar bahwa hal tersebut merupakan jalan panjang yang berat dan penuh dengan rintangan dan hambatan, yang tidak akan mampu diemban oleh banyak orang kecuali sedikit, dan tarbiyah merupakan jalan satu-satunya guna mencapai tujuan dan tidak ada alternative lainnya; karena hal tersebut merupakan jalan yang pernah ditempuh oleh seorang makhluk yang mulia –nabi Muhammad saw- maka beliau melakukan pembentukan, mentarbiyah orang yang nantinya menjadi pemimpin negeri dan pembimbing umat.

Dan tentunya melalui tarbiyah umat mampu menghadapi berbagai macam rintangan dan tantangan; karena pohon yang tinggi dan memiliki buah yang berlimpah, menjulang tinggi hingga menembus angkasa, tidak mampu tegak kecuali setelah memiliki akar yang kokoh dan kuat menghunjam di bawah tanah yang dalam dipermukaan bumi, jika tidak, maka tidak akan mampu menahan kerasnya tiupan angin dan topan yang begitu dahsyat. Jika tidak ada tarbiyah maka al-ikhwan tidak akan mampu menghadapi pasukan zionis di Palestina dan Inggris di terusan Suez, dan tidak akan menghadapi banyak ujian, penjara, siksaan dan penderitaan yang meliputi mereka.

Imam Al-Banna telah memberikan ilham tentang sendi-sendi Islam yang agung dan mulia dimulai dari teori-teori dalam kitab-kitab hingga pada realita yang kasat mata dan konkrit; yang mana prinsip-prinsip tersebut –pada awalnya- hanya tertulis di dalam kitab beberapa saat lamanya, kemudian datanglah imam Al-Banna yang menyampaikan tentang kebangkitan Islam yang membawa berkah di tubuh jamaah al-ikhwan al-muslimun, dan kemudian mengalir ke tubuh umat dan bangsa, hingga berpindah keberbagai daerah di seluruh pelosok dunia.

Dan segala puji hanya milik Allah.

Imam Syahid Hasan Al-Banna, Sosok Pemuda Yang Taat Kepada Allah

Mengenal Sosok Muda Imam Hasan Al-Banna

Nama “Hasan Al-Banna” selalu lekat dengan jamaah Al-Ikhwan Al-Muslimun, karena beliau adalah pendiri dan menjadi Mursyid ‘Am pertama jamaah tersebut. Sekalipun sang imam “Al-Banna” -semoga Allah merahmatinya-, tidak mengenyam kehidupan lebih dari 42 tahun, namun pada masa hidupnya banyak memberikan kontribusi dan prestasi yang besar sehingga banyak terjadi lompatan sejarah terutama dalam melakukan perubahan kehidupan umat menuju Islam dan dakwah Islam yang lebih cerah, banyak perubahan-perubahan yang dicapai olehnya, apalagi saat beliau hidup kondisi umat dalam keadaan yang begitu parah dan mengenaskan, keterbelakangan, ketidakberdayaan, kebodohan umat, dan ditambah dengan penjajahan barat.


42 tahun kalau diukur dari perjalanan sejarah merupakan waktu yang singkat, merupakan usia yang belum bisa memberikan apa-apa, walaupun umur sejarah tidak bisa diukur berdasarkan tahun dan hari, namun dapat juga diukur dari banyaknya peristiwa yang berdampak pada perubahan kondisi, situasi dan keadaan, dan inilah yang selalu melekat pada sosok Hasan Al-Banna, beliau banyak memberikan pengaruh dalam perubahan sejarah, dan beliau juga merupakan salah satu dari orang yang memberikan kontribusi melakukan perbaikan dan perubahan dalam tubuh umat. Sekalipun umur beliau relatif pendek namun beliau termasuk orang yang mampu membuat sejarah gemilang.

Setiap orang pasti memiliki faktor yang dapat dinilai mampu memberikan kontribusi dan saham dalam pembentukan karakter dan jati dirinya dan menentukan berbagai hakikat yang dipilihnya. Dan bagi pemerhati lingkungan yang di dalamnya hidup sang imam Al-Banna akan dapat menemukan awal yang baik, dan karena itu berakhir dengan baik. Seperti dalam ungkapan: “Akhir yang baik mesti diawali dengan permulaan yang baik”.

Dan imam Al-Banna kecil (muda) hidup dibawah naungan dan lingkungan yang bersih dan suci. Dan rumah yang di dalamnya hidup sang imam juga merupakan rumah yang tershibghah dengan shibghah islam yang hanif. Orang tuanya bernama syaikh Ahmad Abdurrahman Al-Bann. Beliau adalah seorang imam masjid di desanya, dan seorang tukang reparasi dan penjual jam. Namun disisi lain orang tuan Hasan Al-Banna adalah sosok pecinta ilmu dan buku, sehingga senang menuntut ilmu dan membaca buku, dan sebagian waktunya banyak dihabiskan untuk membaca dan menulis, dan beliau juga banyak menulis kitab, diantaranya adalah “Badai’ul Musnad fi Jam’I wa Tartiibi Musnad As-Syafi’I”, “Al-Fathu Ar-Robbani fi Tartiibi Musnad Ahmad As-Syaibani”, “Bulughul Amani min Asrori Al-fathu Ar-Robbani”

Bahwa komitmen dengan Islam dan manhaj robbani sangat membutuhkan pondasi utama pada lingkungan yang menggerakkannya, agar dapat tumbuh dan besar seperti pondasi tersebut, dan jika tidak ada lingkungan yang mendukung maka akan menjadi sirna dan mati sejak awal kehidupannya. Dan Allah telah memberikan karunia besar terhadap imam “Al-Banna” dengan lingkungan yang baik ini. Orang tuanya memberikan tarbiyah sejak awal dengan baik; meumbuhkan kecintaan terhadap Islam kepada anaknya sejak dini, selalu memelihara bacaan dan hafalan Al-Qur’an, sehingga memberikan kepada pemuda tersebut waktu dan tenaga yang cerah dalam berfikir dan berdakwah, dan pada saat itu pula –yang mana pada saat itu- Islam telah tertutupi oleh kehidupan yang bebas dan politik yang rusak, tampak menjadi asing –bahkan aneh dan tidak wajar- melihat seorang pemuda yang begitu besar komitmennya terhadap ajaran Islam sampai pada masalah waktu, atau dalam menunaikan ibadah shalat dengan penuh kedisiplinan.

Sejak awal dapat kita lihat bahwa imam Al-Banna telah menentukan jalannya dan karakter hidupnya; yaitu jalan hidup yang beliau lakoninya dalam kehidupannya secara pribadi yang unik; komitmen terhadap Islam dan manhaj robbani dan interaksinya dengan orang lain dengan baik dan sesuai dengan ajaran Islam. Baliau begitu terkesan dengan hadits Nabi dan begitu kuat berpegang teguh dengannya; yaitu hadits Nabi saw: “Jagalah lima perkara sebelum datang lima perkara.. diantaranya adalah “masa mudamu sebelum datang masa tuamu”, begitupun dengan hadits Nabi saw lainnya: “ada tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan Allah pada saat tidak ada naungan kecuali naungannya.. diantaranya adalah “seorang pemuda yang taat beribadah kepada Allah”.

Maka dari itu imam “Al-Banna” kehidupannya adalah islam dan tidak ada yang lain dalam diri dan hidupnya kecuali Islam. Hal itu tampak juga dengan jelas pada beberapa lembaga atau yayasan yang sejak kecil beliau loyal kepadanya, yang kesemuanya merupakan lembaga atau yayasan Islam, seperti “Jam’iyyah As-Suluk wal Akhlak” dan “Jama’ah An-Nahyu Al-Munkar”, dan beliau juga memiliki hubungan yang erat dengan harakah sufiyah yang pada saat itu marak tersebar di berbagai pelosok daerah dan kota di Mesir.

Adapun diantara faktor lain yang membantunya komitmen di jalan kebenaran adalah karena beliau begitu banyak beribadah dan taat kepada Allah, sejak mudanya beliau sering melakukan puasa sunnah, khususnya puasa sunnah yang berhubungan dengan hari-hari besar Islam, dan lebih banyak lagi beliau melakukan puasa hari sunnah senin dan hari kamis pada setiap minggunya, karena mentauladani sunnah nabi saw, sebagaimana beliau juga sangat bersemangat melakukan puasa sunnah rajab dan sya’ban. Kebanyakan dari kita mungkin merasa asing dalam melakukan ketaatan seperti itu, atau merasa berat melakukannya terutama di saat kondisi zaman seperti ini. Sebagaiman usaha yang dilakukan imam Al-Banna dalam ketaatan juga menadapatkan kesulitan, terutama disaat kondisi yang saat itu dialami; adanya gerakan missionaries, globalisasi dan penjajahan yang telah meluas dan merambah dengan cepat di tengah kehidupan masyarakat Mesir saat itu; sehingga memberikan kontribusi yang besar dalam menjauhkan umat dari Islam apalagi untuk komitmen dengan ibadah dan ketaatan.

Namun imam Al-banna, hidup melawan arus, beliau berada dalam semangat Islam yang tinggi, berpegang dengan ketaatan dan ibadah kepada Allah, sekalipun umat saat itu sedang diliputi arus globalisasi dan pencampakkan jati diri Islam; sehingga mengakibatkan acuhnya umat terhadap Islam dan jauhnya umat –terutama para pemudanya- dari kehidupan beragama, apalagi juga banyaknya bermunculan seruan dan propaganda asing terhadap dunia Islam seperti liberalisme dan komunisme serta gerakan missionaris yang mengajak untuk jauh dari Islam dan berlaku hidup modernis seperti mereka.

Sekalipun demikian imam Al-Banna tetap berpegang teguh dan yakin dengan keislamannya bahkan merasa bangga dengannya. Dan pada saat berdiri Universitas Cairo, dan Dar El-Ulum merupakan salah satu bagian dari kuliah yang ada di dalamnya; yang di dalamnya menghadirkan ilmu-ilmu kontemporer, ditambah juga dengan ilmu-ilmu syariah dan pengetahuan tradisional yang telah masyhur di Universitas Al-Azhar sebelumnya. Dan -pada saat itu pula- Imam Al-Banna mendaftarkan diri untuk kuliah di Dar El-Ulum, walaupun beliau tidak merasa cukup dengan ilmu yang di dapat di kuliah sehingga beliau mencarinya ditempat yang lain sebagai tambahan; seperti beliau selalu hadir mengikuti majlis ilmu pimpinan syaikh Rasyid Ridha, dan beliau sangat terkesan dengan tafsirnya yang terkenal yaitu “Al-Manar”.

Namun hal tersebut tidak menghalangi dirinya mendapatkan nilai yang begitu baik dan cemerlang, sehingga beliau berhasil menamatkan kuliahnya dengan hasil yang gemilang, dan beliau merupakan angkatan pertama kuliah tersebut. Lalu -setelah itu- beliau diangkat sebagai guru pada madrasah ibtidaiyah disalah satu sekolah yang terletak di propinsi Ismailiyah, yaitu pada tahun 1927, dan di kota tersebut Imam Al-Banna muda tidak hanya terpaku pada jati dirinya sebagai guru madrasah ibtidaiyah, namun beliau juga menjadi da’i kepada Allah, yang pada saat itu masjid-masjid disana kosong dari pemuda. Sehigga tidak ada anak-anak muda yang sholat di masjid namun asyik dengan minuman alkohol yang memambukkan. Maka tampaklah beliau sebagai seorang pemuda yang ahli ibadah, taat kepada Allah dan sebagai da’i kepada Allah yang mengajak umat untuk kembali pada Islam yang hanif.

Dan di kota Ismailiyah pula Imam Al-Banna banyak melakukan interaksi dengan lembaga-lembaga Islam dan beliau tampil sebagai da’i dengan berbagai sarana yang dimiliki dan berkeliling ke berbagai tempat dan desa. Beliau pergi sebagai da’i dan membawa kabar gembira tentang agama Islam. Beliau menyeru dan mengajak manusia yang berada tempat-tempat perkumpulan mereka, dan diatara tempat perkumpulan yang sering belaiu datangi adalah café. Disana beliau memberikan kajian keagamaan, terutama pada sore hari ini, sehingga dengan kajian yang beliau sampaikan banyak menarik perhatian sebagian besar masyarakat pengunjung cafe; sehingga menjadikan pemilik café tersebut berlomba-lomba mengundang Imam Al-Banna untuk memberikan kajian sore di café-cefe milik mereka. Dan akhirnya di kota Ismailiyah –dengan taufik dari Allah- dan dengan keberkahan akan juhud dan keikhlasannya, Imam Al-Banna mampu mengeluarkan cahaya dakwah terbesar dan memberikan pengaruh yang sangat besar hingga saat ini. Yaitu berdirinya Gerakan Al-Ikhwan Al-Muslimun yang dipimpin langsung oleh Imam Al-Banna. Padahal saat itu umur beliau masih muda sekali, baru mencapai antara tidak terlalu muda, tidak baya dan juga tidak terlalu tua. Pemuda yang ahli ibadah itulah yang telah mampu mendirikan gerakan dakwah Islam terbesar di dunia saat ini.

Sosok Imam Al-Banna memiliki banyak keistimewaan, sosok yang universal dan seimbang, pemuda aktivis, seorang khatib yang antagonis, memiliki perasaan yang lembut, dan komunikatif dengan semua orang; baik dengan orang awam, petani dan buruh. Beliau juga seorang cendekiawan yang memiliki ilmu, yang mampu berinteraksi dengan para cendekiawan lainnya. Saat berada ditengah umat manusia, banyak yang takjub kepadanya baik dari kalangan cendekiawan, hartawan, awam, petani dan buruh serta yang lainnya. Ini semua sejalan dengan dakwahnya yang didasarkan pada pembentukan umat, dakwah dan individu yang seimbang dalam berbagai sisinya.

Dan Imam Al-Banna juga sangat memiliki karakter yang mampu memberikan pengaruh pada orang yang ada disekitarnya, hal ini kembali pada pondasi yang beliau miliki yaitu kedekatan diri kepada Allah -Kita berharap demikian dan kita tidak merasa paling suci kecuali hanya Allah-. Dan kita temukan bahwa dakwah Al-Ikhwan –dan Al-Ikhwan itu sendiri- telah terpengaruh dengan sosok imam Al-Banna; karakternya yang baik, ikhlas dan taat kepada Allah, yang kesemuanya bersumber pada cahaya kenabian. Sebagaimana beliau juga memiliki sosok yang mumpuni dan lemah lembut, selalu perhatian dan menolong orang-orang yang mazhlum, dan dalam sejarahnya telah banyak disaksikan bahwa usaha dan kerja al-ikhwan di berbagai tempat, daerah dan negara selalu membela hak-hak umat Islam yang terampas.

Oleh karena itulah bagi kita dapat mengambil ibrah dari perjalanan sosok pemuda yang berhimpun di dalamnya jiwa yang memiliki nilai-nilai mulia dan agung, bagaimana jiwa tersebut dapat mampu membangun generasi yang islami, tidak menyimpang dari jalan Allah dan menepati dan menunaikan amanah yang diembannya dengan optimal dan baik, sekalipun kondisi, ujian dan cobaan yang dihadapi selalu datang silih berganti dalam rangka berpegang teguh pada jalan Allah dan agama Islam serta dalam usaha meninggikan kalimat (agama) Allah dan mentauladani sirah nabi saw.